Postingan ini merupakan lanjutan postingan sebelumnya
>> Derawan Islands: July 2014
Day 5:
Derawan-Tanjung Batu-Berau-Biduk Biduk
Dengan modal google dan modal nekat, kami ber3 melanjutkan
perjalanan ke desa Biduk Biduk. Di sini ada tempat bernama Labuan Cermin yang
cakeeeeeeeeup banget! (kata mbah Google)
Perjalanan menuju desa ini tidaklah mudah, dari Derawan kami
harus menempuh perjalanan laut selama 30 menit ke Tanjung Batu (biaya Rp
70.000). Dari Tanjung batu kami mengikuti travel seharga Rp100.000 (kalo ga
high season harganya 70000) menuju Berau (kota Tanjung Redeb) lewat jalan darat
berkelak kelok selama 2.5 jam. Dari Tanjung Redeb kami menggunakan travel lain (CP: Mas Hadi-081346665355) menempuh perjalanan darat berkelak kelok selama 5 jam sampai ke Desa Biduk
Biduk (Rp 150.000-harga asli Rp135.000). Fyi travel di sini kita naik mobil
dengan penumpang lain. Kira2 7-8 orang di dalam mobil Avanza. Jika ingin
mencarter mobil untuk Anda sendiri, Anda bisa membayar sekitar Rp 800.000 per
mobil dari Berau.
Kami sampai di Biduk Biduk kira-kira jam 9 malam, saya sudah
membooking Penginapan Selvia untuk dijadikan tempat tinggal kami selama di
sana. Ketika sampai di sana hal tak diduga pun terjadi, kamar yang sudah kami
pesan diberikan pada orang lain dengan alasan, “dari tadi mbak tidak bisa
dihubungin.” F*CK!!! Gila yaaa, gue udah confirm dan telepon nih penginapan
sampai 3 kali, bahkan sehari sebelum ke biduk biduk, tapi pihak penginapan
dengan santainya memberikan pada orang lain. Duarrrr! Gue ga bakal rekomenin
ini penginapan, meskipun di internet yang muncul Cuma penginapan selvia, masih
banyak penginapan yang lain! Kata supir saya ada penginapan Miranti yang lebih
recommended. Baik dari soal pelayanan maupun view.
Ditolak di penginapan selvia, kami pun mengelilingi desa
tersebut (yang sedang mati lampu) untuk mencari penginapan lain. Pencarian
tidak membuahkan hasil. Semua penginapan di desa tersebut (Cuma ada 5 sih)
habis dibooked orang. Maklum high season! Banyak penduduk sekitar situ yang
berwisata ke biduk-biduk. Bapak supir pun ternyata berhati baik, ia mencarikan
kami tempat teduh di rumah keluarganya, meskipun rumahnya kecil dan sederhana,
yang penting kami bisa tidur malam itu. Blessed we are! Jadi berasa live in!
hahahaha.
Fyi, di desa biduk biduk sangat jarang air tawar, adanya air
asin. Si bapak Mudasir pemilik rumah pun (tadinya dia kepala desa) menawarkan
untuk mandi ke tempat tetangga bila ingin air tawar. Saya sih merasa tidak
enak, dan tidak masalah mandi dengan air asin. Tapi nona vincen dan ci lois
pengen mandi air tawar, jadilah kita mandi di rumah tetangga keesokan harinya.
Konon katanya hanya ada 2 rumah di biduk biduk yang punya air tawar…
Day 6: Teluk
Sumbang-Pulau Kaniungan Besar
Di belakang rumah kami terdapat dermaga, oleh karena itu
kami nyewa perahu kecil dari situ untuk memutari daerah ini. Bila tidak, Anda
dapat menyewa perahu di Teluk Sulaiman. Harga perahu Rp 400.000 seharian.
Kami
naik perahu ditemani bapak dan juga anaknya yang paling kecil, Mila. Bapak dan
ibu yang kami tempati memiliki 5 orang anak. Anaknya yang paling besar sudah
berkeluarga, sementara yang paling kecil masih SD. Bapak juga membawa makanan
untuk bekal kami di Teluk Sumbang, bekal ini dimasakkan oleh ibu.
Setelah perjalanan dari desa biduk-biduk selama 2 jam,
sampai juga kami di Teluk Sumbang. Di sini ada air terjun kecil dan besar. Air
terjun kecil dekat dari pantai sementara membutuhkan waktu 1.5 jam untuk
trekking ke air terjun besar. Nona vincen dan ce lois ga pengen trekking
jauh-jauh, maka kami memutuskan cuma main di air terjun kecil.
air terjun kecil di teluk sumbang
Jujur air terjunnya sih biasa, apalagi ditambah banyaknya
pengunjung hari itu, rasanya menjadi kurang spesial. Sehabis bermain di teluk
sumbang, kami makan siang di kapal. Meskipun menunya sederhana tapi
kebersamaannya terasa. Makasih ya bapak dan mila!
Habis makan kami snorkeling di pulau kaniungan besar, ikan
dan karangnya bagus-bagus. Sayang saya sempat panik saat snorkeling di situ,
jadi rasanya kurang nikmat. Huhu. Btw kayanya next trip musti beli kamera underwater sendiri nih, biar bisa foto biota laut yang ucukk. *brb nabung*
Sepulangnya kami ke rumah di biduk biduk, kami berjumpa
dengan beberapa tamu ibu yang merupakan agen Herbalife dari Berau (keren ye
produknya bisa sampai ke pelosok!). Kami ngobrol ngobrol sambil mati lampu
(entah kenapa tiap malam jam 8 malam mati lampu). O ya, di desa ini lampu hanya
menyala dari pukul 6 sore hingga 6 pagi, sisanya mati lampu. Hari itu saya
mulai betah di rumah bapak, rasanya sedih juga ya besok sudah pulang.
Day 7: Teluk
Sulaiman-Danau Labuan Cermin
The day has come! When we will go to Labuan cermin!
Pagi pagi kami ke Teluk Sulaiman, untuk bermain-main. Di
sini banyak kapal dan perahu, memang dermaga besarnya berada di sini. Sehabis
itu kami pulang kembali untuk makan siang. Kami menunggu waktu kepergian kami
ke Labuan cermin yang sudah diatur oleh bapaknya. Namun rasanya lamaaa sekali kami
harus menunggu sampai akhirnya kami ke sana. Jam 3 sore kami baru ke sana itu
juga kami terancam batal ke sana.
Usut punya usut, ternyata terjadi miskomunikasi antara bapak
dan pihak manajemen Labuan cermin. Bapak sudah mendaftar dari kemarin untuk
kepergian hari ini, tapi ternyata tidak diinfokan lagi oleh pihak manajemen
kalau nomor antrian sudah dekat. Alhasil pas kami ke sana nomor antriannya
sudah lewat dan kami terancam tidak bisa pergi. Setelah agak bersitegang, kami
akhirnya berhasil ke sana dengan mulai mengantri lagi. Akhirnya jam 4 kami
menyeberang ke Labuan cermin (harga: Rp10.000 per orang. Jika ingin carter
perahu bisa, harganya Rp100.000 per kapal). Buat yang mau ke sana, langsung
saja datang on the spot jangan pake daftar-daftar!
Ternyata, pergi ke Labuan cermin di sore hari merupakan
suatu kesalahan. Labuan cermin paling indah dinikmati saat jam 12 siang saat
matahari di atas kepala (saya sudah tahu mengenai hal ini, tapi karena tripnya
diurus sm bapak ya saya ikut saja). Basically, Labuan cermin merupakan danau
dengan 2 rasa, air asin dan air tawar. Air asin berada di bawah dan air tawar
di atas. Danau ini sangat unik, bahkan pernah masuk ke salah satu program tv.
Karena atasnya air tawar, saat ada sinar matahari, airnya sangat jernih bahkan
bisa memantulkan pemandangan di sekitarnya.
Kecewa. Destinasi yang kami impikan bahkan hingga
mengorbankan perjalanan sebegitu lama ternyata tidak sebagus yang kita bayangkan.
Salah timing! Danau tersebut tidak terlihat cantik dan jernih. Berbeda dengan
teman saya yang mengunjunginya saat siang hari. Ya sudahlah, akhirnya saya berenang
di sana pake ban. Airnya bener bener dingin dan menyejukkan. Kalo kata nona sih
ga ada ikan di sana, tapi kata mbah google ada. Hmmm..

EXPECTATION (dari Mbah Google)
REALITY (diambil jam 4 sore)
Actually setelah beberapa lama dapet juga foto yang agak mending

Foto dari temen yang pergi ke sana beberapa hari sebelum gue, pas di jam 12 siang
(Photo by Lilis Sundari)
Pelajaran yang bisa dipetik selain jangan ke Labuan cermin
sore2 adalah jangan ke Labuan cermin saat libur lebaran karena ramenya luar
biasa. Teman saya yang pergi ke sana 2 hari sblm lebaran masih merasakan
sepinya tempat tersebut. Dan satu lagi! Jangan pernah pergi ke best spot di
hari terakhir liburan! Karena bila tidak berhasil, Anda tak akan punya
kesempatan ke sana lagi keesokannya. Pergilah di hari pertama Anda liburan!
Lesson learned.
Sepulang dari Labuan cermin kami pamit dengan keluarga Bapak
Mudasir yang luar biasa baik. Kami memberikan tip padanya (Rp 400.000) karena
telah menampung dan menerima kami sebagai keluarga selama 2 malam. Jujur, yang
paling berkesan dari Labuan Cermin bukan pemandangannya, tapi kehangatan dan
kebersamaan bersama keluarga Pak Mudasir, beserta ibu dan anak cucunya. Tak
lupa ibu agen herbalife dari berau dan anak2nya. Semua terasa hangat, sampai
sampai saya hampir menitikkan air mata sebelum berpisah. Ternyata inilah hikmah
dari tidak mendapat penginapan selvia. Pengalaman yang lebih berharga menanti
:”)
Keluarga Bapak Mudasir (bapak, ibu, 4 anak dan 2 cucu)
Kami pun menempuh perjalanan ke Berau (kota Tanjung Redeb)
selama 5 jam (Rp 800.000 untuk sewa mobil. Tadinya kami sewa untuk kami sendiri
tapi abangnya malah angkut 2 penumpang lain dan bilang harga segitu pas karena
kami sudah diantar ke Teluk sulaiman dan Labuan cermin. Rrrrrr!)
Di Tanjung Redeb kami tidur di Hotel Eksekutif (220.000 per
malam sudah pake AC). Nikmatnya tidur di kasur empuk dan di bawah AC!
Hahahahha.
Day 8: Ibukota Berau
(Tj. Redeb)-Jakarta
Sebelum pulang ke Jakarta, kami makan di resto rekomendasi
pemilik hotel, namanya Sari Ponti. Restoran seafood ini makanannya enak enak.
Kami memesan kepiting dan udang dan rasanya luar biasa. Baru kali ini nemu resto
seafood enak selama kami di Kalimantan. Hahahhaa. Harganya juga sepadan sih, 1
orang habis Rp 110.000
Kami pun diantar ke bandara dengan mobil hotel (biaya
Rp75000 untuk segrup-kami ber3). Bandara Berau juga cukup bagus walaupun tidak
terlalu besar. Sayang, penerbangan kami dengan pesawat Garuda harus de-delay
sampai 2 jam. O iya, untuk pesawat dari Berau ke Jakarta, kami dapat yang
paling murah Rp 1.600.000 naik Garuda. Hahahhaa.
Jam 11 malam pun kami sampai di Jakarta! Bye bye Kalimantan
timur! :”)
Kalimantan: done.
Tinggal Sulawesi sama Maluku yang belum pernah gue langkahkan kaki.
Total biaya selama 8
hari, kira-kira Rp 6.500.000,- dengan perincian seperti disebutkan di atas.
Membandingkan 2 kota besar di Kalimantan Timur: Tarakan dan
Berau. Kedua kota ini menjadi meeting point trip derawan. Perjalanan dari
Jakarta ke tarakan lebih murah daripada Jakarta ke berau, bedanya kalo dari
tarakan ke derawan langsung 3 jam naik boat sementara dari berau 2.5 jam dulu
naik mobil baru stgh jam naik kapal. Kalo rame rame ikut trip, oke dari Tarakan
bisa sewa kapal buat rame-rame. Tapi kalo pribadi kayanya mendingan dari Berau,
ngetengnya lebih gampang. Kotanya sendiri lebih maju Tarakan, tapi sepertinya
Berau dengan sumber daya tambangnya akan berkembang jauh lebih pesat lagi
selama beberapa tahun ke depan.