Minggu, 10 Agustus 2014

Desa Biduk-Biduk dan Labuan Cermin

Postingan ini merupakan lanjutan postingan sebelumnya >> Derawan Islands: July 2014

Day 5: Derawan-Tanjung Batu-Berau-Biduk Biduk
Dengan modal google dan modal nekat, kami ber3 melanjutkan perjalanan ke desa Biduk Biduk. Di sini ada tempat bernama Labuan Cermin yang cakeeeeeeeeup banget! (kata mbah Google)

Perjalanan menuju desa ini tidaklah mudah, dari Derawan kami harus menempuh perjalanan laut selama 30 menit ke Tanjung Batu (biaya Rp 70.000). Dari Tanjung batu kami mengikuti travel seharga Rp100.000 (kalo ga high season harganya 70000) menuju Berau (kota Tanjung Redeb) lewat jalan darat berkelak kelok selama 2.5 jam. Dari Tanjung Redeb kami menggunakan travel lain (CP: Mas Hadi-081346665355) menempuh perjalanan darat berkelak kelok selama 5 jam sampai ke Desa Biduk Biduk (Rp 150.000-harga asli Rp135.000). Fyi travel di sini kita naik mobil dengan penumpang lain. Kira2 7-8 orang di dalam mobil Avanza. Jika ingin mencarter mobil untuk Anda sendiri, Anda bisa membayar sekitar Rp 800.000 per mobil dari Berau.

Kami sampai di Biduk Biduk kira-kira jam 9 malam, saya sudah membooking Penginapan Selvia untuk dijadikan tempat tinggal kami selama di sana. Ketika sampai di sana hal tak diduga pun terjadi, kamar yang sudah kami pesan diberikan pada orang lain dengan alasan, “dari tadi mbak tidak bisa dihubungin.” F*CK!!! Gila yaaa, gue udah confirm dan telepon nih penginapan sampai 3 kali, bahkan sehari sebelum ke biduk biduk, tapi pihak penginapan dengan santainya memberikan pada orang lain. Duarrrr! Gue ga bakal rekomenin ini penginapan, meskipun di internet yang muncul Cuma penginapan selvia, masih banyak penginapan yang lain! Kata supir saya ada penginapan Miranti yang lebih recommended. Baik dari soal pelayanan maupun view.

Ditolak di penginapan selvia, kami pun mengelilingi desa tersebut (yang sedang mati lampu) untuk mencari penginapan lain. Pencarian tidak membuahkan hasil. Semua penginapan di desa tersebut (Cuma ada 5 sih) habis dibooked orang. Maklum high season! Banyak penduduk sekitar situ yang berwisata ke biduk-biduk. Bapak supir pun ternyata berhati baik, ia mencarikan kami tempat teduh di rumah keluarganya, meskipun rumahnya kecil dan sederhana, yang penting kami bisa tidur malam itu. Blessed we are! Jadi berasa live in! hahahaha.

Fyi, di desa biduk biduk sangat jarang air tawar, adanya air asin. Si bapak Mudasir pemilik rumah pun (tadinya dia kepala desa) menawarkan untuk mandi ke tempat tetangga bila ingin air tawar. Saya sih merasa tidak enak, dan tidak masalah mandi dengan air asin. Tapi nona vincen dan ci lois pengen mandi air tawar, jadilah kita mandi di rumah tetangga keesokan harinya. Konon katanya hanya ada 2 rumah di biduk biduk yang punya air tawar…

Day 6: Teluk Sumbang-Pulau Kaniungan Besar
Di belakang rumah kami terdapat dermaga, oleh karena itu kami nyewa perahu kecil dari situ untuk memutari daerah ini. Bila tidak, Anda dapat menyewa perahu di Teluk Sulaiman. Harga perahu Rp 400.000 seharian. 
Kami naik perahu ditemani bapak dan juga anaknya yang paling kecil, Mila. Bapak dan ibu yang kami tempati memiliki 5 orang anak. Anaknya yang paling besar sudah berkeluarga, sementara yang paling kecil masih SD. Bapak juga membawa makanan untuk bekal kami di Teluk Sumbang, bekal ini dimasakkan oleh ibu.

Setelah perjalanan dari desa biduk-biduk selama 2 jam, sampai juga kami di Teluk Sumbang. Di sini ada air terjun kecil dan besar. Air terjun kecil dekat dari pantai sementara membutuhkan waktu 1.5 jam untuk trekking ke air terjun besar. Nona vincen dan ce lois ga pengen trekking jauh-jauh, maka kami memutuskan cuma main di air terjun kecil.

air terjun kecil di teluk sumbang

Jujur air terjunnya sih biasa, apalagi ditambah banyaknya pengunjung hari itu, rasanya menjadi kurang spesial. Sehabis bermain di teluk sumbang, kami makan siang di kapal. Meskipun menunya sederhana tapi kebersamaannya terasa. Makasih ya bapak dan mila!

Habis makan kami snorkeling di pulau kaniungan besar, ikan dan karangnya bagus-bagus. Sayang saya sempat panik saat snorkeling di situ, jadi rasanya kurang nikmat. Huhu. Btw kayanya next trip musti beli kamera underwater sendiri nih, biar bisa foto biota laut yang ucukk. *brb nabung*

Sepulangnya kami ke rumah di biduk biduk, kami berjumpa dengan beberapa tamu ibu yang merupakan agen Herbalife dari Berau (keren ye produknya bisa sampai ke pelosok!). Kami ngobrol ngobrol sambil mati lampu (entah kenapa tiap malam jam 8 malam mati lampu). O ya, di desa ini lampu hanya menyala dari pukul 6 sore hingga 6 pagi, sisanya mati lampu. Hari itu saya mulai betah di rumah bapak, rasanya sedih juga ya besok sudah pulang.

Day 7: Teluk Sulaiman-Danau Labuan Cermin
The day has come! When we will go to Labuan cermin!

Pagi pagi kami ke Teluk Sulaiman, untuk bermain-main. Di sini banyak kapal dan perahu, memang dermaga besarnya berada di sini. Sehabis itu kami pulang kembali untuk makan siang. Kami menunggu waktu kepergian kami ke Labuan cermin yang sudah diatur oleh bapaknya. Namun rasanya lamaaa sekali kami harus menunggu sampai akhirnya kami ke sana. Jam 3 sore kami baru ke sana itu juga kami terancam batal ke sana.

Usut punya usut, ternyata terjadi miskomunikasi antara bapak dan pihak manajemen Labuan cermin. Bapak sudah mendaftar dari kemarin untuk kepergian hari ini, tapi ternyata tidak diinfokan lagi oleh pihak manajemen kalau nomor antrian sudah dekat. Alhasil pas kami ke sana nomor antriannya sudah lewat dan kami terancam tidak bisa pergi. Setelah agak bersitegang, kami akhirnya berhasil ke sana dengan mulai mengantri lagi. Akhirnya jam 4 kami menyeberang ke Labuan cermin (harga: Rp10.000 per orang. Jika ingin carter perahu bisa, harganya Rp100.000 per kapal). Buat yang mau ke sana, langsung saja datang on the spot jangan pake daftar-daftar!

Ternyata, pergi ke Labuan cermin di sore hari merupakan suatu kesalahan. Labuan cermin paling indah dinikmati saat jam 12 siang saat matahari di atas kepala (saya sudah tahu mengenai hal ini, tapi karena tripnya diurus sm bapak ya saya ikut saja). Basically, Labuan cermin merupakan danau dengan 2 rasa, air asin dan air tawar. Air asin berada di bawah dan air tawar di atas. Danau ini sangat unik, bahkan pernah masuk ke salah satu program tv. Karena atasnya air tawar, saat ada sinar matahari, airnya sangat jernih bahkan bisa memantulkan pemandangan di sekitarnya. 

Kecewa. Destinasi yang kami impikan bahkan hingga mengorbankan perjalanan sebegitu lama ternyata tidak sebagus yang kita bayangkan. Salah timing! Danau tersebut tidak terlihat cantik dan jernih. Berbeda dengan teman saya yang mengunjunginya saat siang hari. Ya sudahlah, akhirnya saya berenang di sana pake ban. Airnya bener bener dingin dan menyejukkan. Kalo kata nona sih ga ada ikan di sana, tapi kata mbah google ada. Hmmm..

 
EXPECTATION (dari Mbah Google)

REALITY (diambil jam 4 sore)

Actually setelah beberapa lama dapet juga foto yang agak mending

Foto dari temen yang pergi ke sana beberapa hari sebelum gue, pas di jam 12 siang
(Photo by Lilis Sundari)

Pelajaran yang bisa dipetik selain jangan ke Labuan cermin sore2 adalah jangan ke Labuan cermin saat libur lebaran karena ramenya luar biasa. Teman saya yang pergi ke sana 2 hari sblm lebaran masih merasakan sepinya tempat tersebut. Dan satu lagi! Jangan pernah pergi ke best spot di hari terakhir liburan! Karena bila tidak berhasil, Anda tak akan punya kesempatan ke sana lagi keesokannya. Pergilah di hari pertama Anda liburan! Lesson learned.

Sepulang dari Labuan cermin kami pamit dengan keluarga Bapak Mudasir yang luar biasa baik. Kami memberikan tip padanya (Rp 400.000) karena telah menampung dan menerima kami sebagai keluarga selama 2 malam. Jujur, yang paling berkesan dari Labuan Cermin bukan pemandangannya, tapi kehangatan dan kebersamaan bersama keluarga Pak Mudasir, beserta ibu dan anak cucunya. Tak lupa ibu agen herbalife dari berau dan anak2nya. Semua terasa hangat, sampai sampai saya hampir menitikkan air mata sebelum berpisah. Ternyata inilah hikmah dari tidak mendapat penginapan selvia. Pengalaman yang lebih berharga menanti :”)

Keluarga Bapak Mudasir (bapak, ibu, 4 anak dan 2 cucu)

Kami pun menempuh perjalanan ke Berau (kota Tanjung Redeb) selama 5 jam (Rp 800.000 untuk sewa mobil. Tadinya kami sewa untuk kami sendiri tapi abangnya malah angkut 2 penumpang lain dan bilang harga segitu pas karena kami sudah diantar ke Teluk sulaiman dan Labuan cermin. Rrrrrr!)

Di Tanjung Redeb kami tidur di Hotel Eksekutif (220.000 per malam sudah pake AC). Nikmatnya tidur di kasur empuk dan di bawah AC! Hahahahha.

Day 8: Ibukota Berau (Tj. Redeb)-Jakarta
Sebelum pulang ke Jakarta, kami makan di resto rekomendasi pemilik hotel, namanya Sari Ponti. Restoran seafood ini makanannya enak enak. Kami memesan kepiting dan udang dan rasanya luar biasa. Baru kali ini nemu resto seafood enak selama kami di Kalimantan. Hahahhaa. Harganya juga sepadan sih, 1 orang habis Rp 110.000

Kami pun diantar ke bandara dengan mobil hotel (biaya Rp75000 untuk segrup-kami ber3). Bandara Berau juga cukup bagus walaupun tidak terlalu besar. Sayang, penerbangan kami dengan pesawat Garuda harus de-delay sampai 2 jam. O iya, untuk pesawat dari Berau ke Jakarta, kami dapat yang paling murah Rp 1.600.000 naik Garuda. Hahahhaa.

Jam 11 malam pun kami sampai di Jakarta! Bye bye Kalimantan timur! :”)

Kalimantan: done. Tinggal Sulawesi sama Maluku yang belum pernah gue langkahkan kaki.

Total biaya selama 8 hari, kira-kira Rp 6.500.000,- dengan perincian seperti disebutkan di atas.


Membandingkan 2 kota besar di Kalimantan Timur: Tarakan dan Berau. Kedua kota ini menjadi meeting point trip derawan. Perjalanan dari Jakarta ke tarakan lebih murah daripada Jakarta ke berau, bedanya kalo dari tarakan ke derawan langsung 3 jam naik boat sementara dari berau 2.5 jam dulu naik mobil baru stgh jam naik kapal. Kalo rame rame ikut trip, oke dari Tarakan bisa sewa kapal buat rame-rame. Tapi kalo pribadi kayanya mendingan dari Berau, ngetengnya lebih gampang. Kotanya sendiri lebih maju Tarakan, tapi sepertinya Berau dengan sumber daya tambangnya akan berkembang jauh lebih pesat lagi selama beberapa tahun ke depan.

Kepulauan Derawan: Juli 2014

Setelah 2 bulan yang lalu pergi ke Komodo, sekarang saya pergi ke Kalimantan! Hahahha. Kesannya kaya duitnya ga abis-abis ya, padahal yang ke komodo kemarin itu hadiah ultah dari emak. Kalo yang Kalimantan ini sih bayar sendiri, ngerogoh kocek tabungan plus irit irit makan siangnya. Hahahhaa.

Udah lama rasanya pengen ke Derawan, beruntung beberapa teman yang ke Komodo bareng ngajakin ke Derawan. Gue biasanya kalo ada yang ngajakin ngetrip pasti diiyain, asal waktu dan duit cucok. Nah pas banget nih ke Derawan pas libur lebaran seminggu. Awalnya sempat ketar ketir juga takut cutinya ga diapprove, tapi ternyata memang dapet libur seminggu dari kantor. Horeeee!

Day 1 : Jakarta-Balikpapan-Tarakan
Perjalanan dimulai pada hari jum’at tanggal 25 Juli. Gw ijin setengah hari di kantor. Gue ambil hari jum’at, karena tiket pesawatnya yang lebih murah dibanding hari sabtunya, bisa lebih murah 500rb sampai sejuta. Harga tiket Lion Air hari itu Rp 1.080.000 Jakarta-Tarakan gw beli 2 bulan sebelumnya. Ternyata oh ternyata, menjelang hari H tiket2 itu pada turun harga, bahkan yang hari sabtu ada yang cuma 800rb. Baru tau gue kalo tiket pesawat bisa turun drastis mendekati hari H. Kayanya sih karena pesawatnya kurang laku. Yah mungkin siapa juga yang mau mudik ke Balikpapan, ye kan? Bener aja, pesawatnya sepiii beneur. Hahaha.

Gue ke bandara kira-kira jam 12an, sampai di sana jam 1, sudah ditunggu di A&W oleh 2 teman trip saya, nona Vincen dan Ci Lois. Di A&W terminal 1c ini gue hampir makan staples! Gila aja, ada staples di dalem ayam gorengnya. Habis itu gue tegur deh mbak2nya, sampe managernya keluar minta maap dan mau ngeganti ayamnya. Tapi karena udah gue abisin juga ya gue tolak lah. Hahahhaa. 

nona vincen-ce lois-saya

Kami berangkat pukul 14.50 dan sampai di Balikpapan 2 jam setelahnya. Bandara Balikpapan ini bener bener kece ya! Bahkan ada playgroundnya di setiap gate. Salah satu bandara terbaik yang pernah gue liat di Indonesia. Setelah menunggu kira-kira setengah jam, kami naik pesawat lagi menuju Tarakan. Sampai Tarakan kira-kira sudah jam 9 malam. Kami naik taksi (harga dipatok 75000) menuju hotel yang sudah kami pesan di Agoda, Hotel Padma Tarakan (Rp 400.000 semalam). Hotelnya cukup luas dan oke, sayang toiletnya agak bau. Setelah menaruh barang, kami pergi ke tempat kepiting soka enak rekomendasi supir taksi. Kami ke sana dengan angkot seharga Rp 5000. Sayang, kami sedikit nyasar dan ternyata tempat yang dituju sudah tutup jam segitu. Kami pun makan di tempat makan (lupa namanya) yang buka dan terlihat ramai, kami makan ayam dan ikan di situ seharga 36.000. Usai makan kami menunggu angkot yang tak kunjung datang. Thank god, ada mas2 dan ibu2 baik hati yang mau memboncengi kami dengan motornya sampai depan hotel. Bahkan si ibu pun gam au dibayar. Ternyata bener kata abang taksi, orang Tarakan ini baik-baik. Katanya sih, kalau ada motor ga dikunci di tengah jalan, mau ditinggal berapa lamapun tetep saja tidak ada yang mengambil. Haha.

Day 2: Perjalanan ke Pulau Derawan
Kami dijemput oleh pihak tur wisatakita.com jam 11 di hotel, kami pun dibawa ke tempat meeting point yaitu di pelabuhan Tarakan untuk berangkat bersama 27 peserta trip lainnya (total ada 30 orang). Kami berkenalan dengan beberapa orang di sana, ada Jimmy, Shella, Novita dan Alex, yang belakangan menjadi dekat sepanjang perjalanan. Kami sudah memesan wisatakita sebelumnya dengan harga Rp 2.100.000 (penginapan basicnya homestay, tapi bisa memilih penginapan lain dengan harga variatif dengan menambah biaya). Nona Vincen pengen kamar yang ada AC-nya, jadi kita nambah 150an ribu.

Pukul 2 kami berangkat menuju kepulauan Derawan, perjalanannya sangatlah memabukkan, dikarenakan kapal yang bergerak sangat cepat sehingga kami sedikit terpental. Sekitar pukul 5 sore, kami sudah sampai di Derawan. Kami menaruh barang di penginapan Derawan Fisheries. Penginapan ini berada di dekat pantai dan langsung memiliki view laut serta sunset. Meskipun harganya tidak terlalu mahal, tapi viewnya oke. Bahkan kami bisa melihat penyu seliweran di dekat kamar bila beruntung. Kami kemudian melihat sunset di dermaga, makan lalu keliling pulau derawan untuk jalan-jalan malam. Pulau ini cukup hidup di malam hari (tapi jangan bayangin kaya Gili Trawangan). Banyak tempat makan dan toko souvenir yang buka. Usai jalan-jalan kami langsung istirahat di kamar. Sangking capeknya hari itu gue tidur jam 10 (jarang jarang loh! :P)

Sunset di dermaga penginapan kami, Derawan Fisheries

Day 3: Nabucco-Maratua-Kakaban
Alasan kami memilih trip wisatakita.com adalah karena ada itinerary ke Nabucco, sementara trip lain jarang yang ke Nabucco. Benar saja, ternyata pilihan kami tidak salah. Nabucco yang menjadi destinasi pertama di hari itu benar benar top markotop. Degradasi warna laut dari biru muda ke biru tuanya benar benar memanjakan mata. Gila deh, kalo ada orang yang bilang surga itu ada di Indonesia, hal itu benar adanya. Si Nabucco ini merupakan sebuah resort yang masih menjadi bagian dari pulau Maratua. Perjalanan dari derawan ke Nabucco 2 jam menggunakan kapal. Destinasi paling jauh. Karena nabucco sudah menjadi resort, tentunya masuknya harus bayar. Entah berapa pihak wisata kita membayar ke manajemen resort, kita sih tinggal ongkang ongkang kaki sama foto selfie.

Me at Nabucco

Puas main di Nabucco, perjalanan dilanjutkan ke Maratua. Kami agak kaget melihat Maratua tidak secantik yang ada di google, padahal katanya Maratua itu yang paling cantik di kepulauan Derawan. Ternyata airnya memang lagi surut, jadi gradasi air di pantainya tidak terlihat sama sekali. Agak kecewa sih, tapi ya sudahlah. Kita tidak bisa memprediksi alam. Toh kita sudah ke Nabucco juga kan. Untungnya kita ke sana :”))

ki-ka: cuni, novita, alex, shella, jimmy, vincen, lois, maria at maratua
(photo by wisatakita)

Setelah bermain di pantai Maratua, kita snorkeling sebentar di dekat Maratua, lalu kita menuju ke Pulau Kakaban. Setelah makan siang di sana, kami berenang di Danau Kakaban bersama ribuan ubur ubur (yang tidak menyengat). Stingless jellyfish ini konon katanya hanya ada di 2 habitat di dunia, satu di Pulau Kakaban, satu di Palau, Micronesia. Wah, betapa bangganya ya kita sebagai orang Indonesia.
Ubur ubur ini sangatlah cantik bahkan saya sampai senyam senyum dan ketawa sendiri pas snorkeling. Dari kecil sampe gede semuanya berenang di danau ini. Sayang danaunya agak keruh, kurang tahu juga sih apakah memang keruh dari sananya atau keruh karena kotor.

me with stingless jellyfish (photo by wisatakita)

Usai snorkeling sama ubur-ubur, kita snorkeling di depan pulau kakaban bareng ikan dan karang yang cantik-cantik. Ya ampun cakepnya subhanallove! Beruntung saya snorkeling jauh jauh dari pantai, makin jauh makin kelihatan cantiknya biota lautnya. Puas snorkeling kamipun pulang ke derawan.

Sunset hari itu kami habiskan di dermaga utama Pulau Derawan sambil foto-foto. Setelah puas, kami pun jalan-jalan lagi di pulau derawan, kali ini bareng sama rombongan kaleng rombeng hahahaha. Anak anak yang deket pas trip, kita ber7 (Cuni, Lois, Vincen, Jimmy, Shella, Alex, Novita. Ada 1 lagi si Maria tapi dia ga ikut kita jalan malam ini). Kita jajan jajan dan liat liat souvenir. Sempet makan jagung bakar juga dan es kelapa.

Oh iya, hari itu bertepatan dengan malam takbiran. Suara petasan dan kembang api di mana mana, udah kaya di kota besar aja. Keren deh! Sayang aja petasan yang dimainkan oleh anak anak kecil ini agak mengerikan, jarangnya dekat banget dan takut kena rasanya. Hiiy!

Day 4: Gusung-Sangalaki-Samama
Hari ini dimulai dengan pergi ke pulau Gusung yang letaknya tidak jauh dari Derawan. Pulau ini sangatlah kecil, di sana kita main di pasirnya yang putiiiih banget. Spot yang bagus buat foto-foto! Setelah itu kami pergi snorkeling dekat situ dan kembali ke Pulau Derawan untuk makan siang. Kita juga sempat snorkeling di Derawan, karangnya ada juga di tempat yang rendah, sehingga melukai kaki saya dan menjadi oleh oleh kenangan sampai pulang ke Jakarta.

giant leap at gusung island

Setelah makan di Derawan Dive Resort (ini resort paling bagus di Derawan, ada beberapa orang trip kita yang tinggal di sini dan upgradenya 1.9 juta. Wew! Hampir seharga trip!), kami pergi ke pulau sangalaki. Kami ke pulau sangalaki pada saat surut, airnya beninnng banget dan coral serta karangnya menyembul ke permukaan air, benar-benar amazing. Di pulau ini kita juga bisa melihat anak anak penyu yang dilestarikan. Dan jika beruntung, Anda dapat bertemu manta di pulau ini, sayangnya kami kurang beruntung. Hahaha!

view dari derawan dive resort

beningnya air di pulau sangalaki

karang yang menyembul saat surut di sangalaki
(photo by wisatakita)

Pengejaran manta mengelilingi pulau sangalaki tidak berhasil, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pulau Samama. Di sini ada hutan Mangrove di pantai. Wow! Lagi-lagi berdecak kagum. Di gugusan kepulauan derawan ini bukan hanya ada pantai, ikan, karang, ubur-ubur, manta, tapi juga ada hutan mangrove. Lengkap sudah kesempurnaannya! Hahahhaa.

the girls at mangrove forest, samama island (photo by jimmy)

anak penyu berbaris rapi


Setelah dari Samama, kami kembali ke Derawan untuk naik banana boat! Setelah itu kami pun bersih2 badan dan mengelilingi pulau derawan di malam terakhir!

Mungkin ini malam terakhir di Derawan, tapi bukan di Kalimantan Timur, esok, kami bertiga akan melanjutkan perjalanan ke desa Biduk-Biduk, untuk melihat keajaiban alam yang lain! :)

Trip wisatakita.com cukup recommended. Guidenya, Mas Daniel orangnya asik dan cekatan. Tripnya juga jelas serta lengkap dan yang paling buat saya amaze adalah wisatakita punya life jacket yang dicustomize sendiri dengan bordiran nama tripnya. Hahahaha. Baru nemu kali ini!


Untuk postingan desa biduk biduk dan Labuan cermin dapat dilihat di sini >> Desa Biduk-Biduk dan Labuan Cermin