DAY 4 : TOKYO
Setelah bermalam di bis dengan
tidur yang cukup nyenyak, kami sampai di Tokyo tepatnya di Stasiun Ikebukuro.
Dari Ikebukuro, kami naik subway ke Asakusa tempat hostel kami berada. Kami
membeli tiket terusan subway untuk 1 hari penuh seharga 1000 Yen*. Kami menginap
di Khaosan Asakusa Hostel World & Ryokan (3400 Yen per malam) dengan memesan
tempat tidur ala Jepang, yang disebut Ryokan. Asakusa adalah daerah pusat
budaya dan pernak pernik tradisional Tokyo, berbeda dengan bagian Tokyo lain
yang “kota” banget. Setelah mandi, kami melanjutkan perjalanan ke Tsukiji Fish
Market.
TSUKIJI FISH MARKET
Kami sampai di sini kira-kira jam 1, banyak tempat yang sudah tutup, namun beberapa penjual masih buka. Kabarnya, Tsukiji Fish Market adalah pasar tempat menjual ikan terbesar di dunia. Di sini dijual berbagai macam ikan seperti salmon, tuna dan sebagainya. Jika ke sini jam 4 subuh, Anda bisa melihat pelelangan tuna. Saran saya kalau mau ke sini lebih baik di pagi hari, jangan kesiangan kaya saya. Di sini kami melihat berbagai makanan dan juga ikan dijual, kami tidak membeli apa-apa karena sudah kenyang. Perjalanan pun dilanjutkan ke Meiji Shrine.
Kami sampai di sini kira-kira jam 1, banyak tempat yang sudah tutup, namun beberapa penjual masih buka. Kabarnya, Tsukiji Fish Market adalah pasar tempat menjual ikan terbesar di dunia. Di sini dijual berbagai macam ikan seperti salmon, tuna dan sebagainya. Jika ke sini jam 4 subuh, Anda bisa melihat pelelangan tuna. Saran saya kalau mau ke sini lebih baik di pagi hari, jangan kesiangan kaya saya. Di sini kami melihat berbagai makanan dan juga ikan dijual, kami tidak membeli apa-apa karena sudah kenyang. Perjalanan pun dilanjutkan ke Meiji Shrine.
MEIJI SHRINE dan HARAJUKU
Meiji shrine adalah sebuah kuil di sebelah pusat perbelanjaan Harajuku. Cuaca saat itu cukup dingin ditambah hujan, kuilnya sendiri cukup besar namun sederhana. Terdapat tempat berbagai doa yang ditulis di kayu digantung. Saya juga pengen nulis doa, tapi lalu inget kantong. Hahah.
Meiji shrine adalah sebuah kuil di sebelah pusat perbelanjaan Harajuku. Cuaca saat itu cukup dingin ditambah hujan, kuilnya sendiri cukup besar namun sederhana. Terdapat tempat berbagai doa yang ditulis di kayu digantung. Saya juga pengen nulis doa, tapi lalu inget kantong. Hahah.
Sehabis dari Meiji Shrine kami ke
Harajuku. Saya berharap bisa menemukan jaket tebal dan boots di sini. Karena
kabarnya harganya ada yang miring. Tapi setelah berputar-putar, saya tidak
menemukan yang harganya miring. Kami malah berakhir belanja di Daiso untuk
keperluan pribadi dan oleh-oleh. Saya juga berharap melihat banyak yang cosplay
di sini, namun karena cuaca jelek dan hari itu masih hari biasa, tidak begitu
banyak orang cosplay.
SHIBUYA dan SHINJUKU
Mengejar waktu, kami pun pergi ke
Shibuya. Di sana adalah pusat kota Tokyo, di mana terdapat persimpangan Shibuya
yang sangat ramai orang berlalu lalang. Kami mencari patung Hachiko, anjing
yang terkenal itu. Agak susah mencari patung Hachiko, dalam bayangan saya
patungnya besar, namun ternyata kecil dan sulit dicari.
Di Shibuya ini kami makan malam di
Pepper Lunch. Sistem pemesanannya agak unik karena kami harus memilih menu dan
membayar di boks panjang (seperti boks minuman kaleng), lalu mengambil bon dan
memberikannya pada pelayan di sana. Pepper Lunchnya kurang lebih sama seperti
yang di Jakarta. Yang saya amati sejak saya sampai di negara ini adalah
banyaknya bangku untuk makan sendiri atau mengitari dapur. Jarang bangku yang
untuk rame2. Sepertinya orang Jepang lebih senang makan sendirian daripada
bersama orang lain.
Shibuya Crossing Line
Patung Hachiko
Selepas dari Shibuya kami ke
Shinjuku. Shinjuku ternyata kurang wah dibanding Shibuya, padahal dalam
bayangan saya Shinjuku itu lebih wah. Hehehhe. Saya menemukan UNIQLO lalu
membeli jaket di sana. Akhirnya ketemu jaket juga! Sementara itu bootsnya belum
ketemu, padahal kaki saya sudah sakit sekali ditambah sepatunya kemasukan air
hujan :(
Kemudian kami pulang ke Asakusa dan
berharap bisa melihat pasar tradisional Nakamise di sana, sayang pasarnya sudah
tutup dari jam 5 sore. Saya pun Cuma berfoto di kuil ini..
DAY 5: NIKKO
Kami bangun pada hari itu sekitar jam 10. Kami benar-benar pemalas,
karena terlalu lelah setiap malamnya. Saya membayangkan perjalanan dari Tokyo
ke Nikko hanyalah 1 jam. Tapi ternyata 3 jam. Jeng jeng jeng! Alhasil hari itu
diawali dengan terburu-buru, kejar-kejaran sama kereta.
Kami melihat lihat sebentar ke
Nakamise Shopping Street, tempat di mana banyak pernak pernik tradisional
dijual, kemudian makan di MOS Burger (700 Yen). Setelah itu kami langsung naik
kereta menuju kota Nikko (1360 Yen). Nikko menjadi tujuan kami di Jepang karena
di bulan Oktober ini, di Nikko sudah musim gugur. Kota lain juga sudah musim
gugur, namun belum banyak bunga musim gugurnya. Sementara di Nikko, sudah
banyak. Kami berniat pergi ke beberapa air terjun yang di kanan kirinya ada autumn leaves.
Perjalanan dari Tokyo ke pusat kota
Nikko ditempuh selama 2 jam 10 menit dengan menggunakan kereta Nikko Tobu Line
dari stasiun Asakusa. Sesampainya di stasiun Nikko, waktu sudah menunjukkan
pukul 3 sore. Kami harus melanjutkan perjalanan ke Okunikko (menggunakan Nikko
Day Pass 2000 Yen tergantung jarak), tempat air terjun2 itu berada. Perjalanan
ke Okunikko berjarak 1 jam dengan menggunakan bis, kami pun langsung ke Kegon
Falls (tiket masuk 550 Yen). Air terjun yang katanya paling besar di Nikko.
Naik air terjun di sini sangatlah
berbeda dengan di Indonesia, di Indonesia kita harus trekking berjam-jam untuk
melihat indahnya air terjun, sementara di sini kita tinggal naik lift menuju ke
atas, lalu sampailah ke Observation deck air terjun. Memang, kita hanya bisa melihat air terjun tanpa
bisa main dan mandi-mandi di sana. Tapi itu saja sudah sangat bagus.
Kami melihat daun musim gugur di air terjun tersebut, belum benar-benar merah,
tapi sudah lumayan lah.
Kegon Falls
It's autumn in Nikko!
Pukul 5 kami melanjutkan perjalanan
ke Ryuzu Falls (naik bis 420 Yen), sayang sampai sana sudah gelap, mana semua
petunjuk jalan bertuliskan huruf kanji. Akhirnya kami berhasil melihat Ryuzu
falls, yang jauh lebih kecil daripada Kegon. Namun sangat cantik karena di
sebelah kiri dan kanannya ada autumn leaves. Saya agak menyesal sampai di sini
sesore ini, karena kalo lebih siang pasti pemandangannya jauh lebih indah dan
spot yang didapat pasti lebih banyak. Itulah ganjaran bangun siang, kalo kata
orang jaman dulu.. rejekinya dipatok ayam. Hahahha. Di Ryuzu, kami makan udon
dulu untuk makan malam, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Tokyo. Kami
harus sampai Tokyo setidaknya jam stgh10 malam, karena jam 10.15 kami sudah
harus naik bis Willer Express ke Kyoto. Selamat berpacu dalam waktu!
Ryuzu Falls
Perjalanan dari Nikko ke Tokyo
sangatlah tidak mulus. Diawali dengan menunggu kereta di peron yang salah. Dan
kami harus berkejar2an dengan kereta di peron lain yang akan segera berangkat.
Di tengah jalan, kami dipindahkan ke kereta Express (alias lebih mahal). Kami
pikir kami tidak harus membayar lagi, tapi ternyata kami harus bayar lagi, atau
kami harus turun. Mau ga mau kami membayar, karena kami harus sampai ke Tokyo
pukul setengah 10, dan tidak ada waktu untuk menunggu kereta lagi. Saya
deg-degan dalam hati, takut tidak sampai di terminal tepat waktu.
Kami sampai di stasiun Asakusa
setengah 10, kemudian harus naik subway lagi ke stasiun Shinjuku, tempat
terminal bis berada. Tidak saya sangka-sangka, perjalanan ke Shinjuku cukup
jauh. Dalam pikiran saya di Jepang kemana-mana deket, karena transportasinya
gampang. Di tengah jalan di subway, kami melirik jam dan sudah pukul 09.45. 30
menit lagi menuju keberangkatan bis! Saya dan Melta memutuskan turun dan naik
taksi ke Shinjuku, dengan ekspektasi perjalanan lebih cepat. Taksi di sini
ternyata lebih mahal daripada di Osaka, sekali buka pintu 700 yen. Ternyata,
Shinjuku letaknya memang agak lumayan, kami sampai sana pukul 22.25 dengan argo
taksi seharga 4500 yen. Gila, stres banget, baru kali ini naik taksi seharga
Rp500.000 dengan waktu tempuh 30 menit, mana tetep telat pula!
Kami sudah telat 10 menit dari pukul 22.15. Dan bispun sudah pergi. Ya,
inilah Jepang, telat 1 menit aja ditinggal, apalagi 10 menit. Padahal saya
sudah memohon untuk ditunggu dengan meng-email ke Willer Express. Tapi
apa daya.. Perasaan kesal sekesal-kesalnya ini pun muncul kembali, udah
capek-capek naik kereta Express, naik taksi 500ribu, tapi tetep aja telat!
Akhirnya, tiket bispun Cuma di-refund 50%.
Saat itu saya hanya memiliki 2
pilihan, naik bis ke Osaka lalu melanjutkan perjalanan ke Kyoto via kereta
(Osaka ke Kyoto cuma 30 menit). Atau naik bis ke Kyoto keesokan harinya dengan
harga tiket 2x lebih mahal. Akhirnya kami memutuskan naik bis ke Osaka (3900
Yen). Bisnya tidak sebagus kemarin dan harganya lebih murah sedikit, tapi tidak
apa, yang penting kami bisa ke Osaka. Kami pun menunggu jam keberangkatan bis,
pukul 00.30.
Karena bisnya tidak sebagus
kemarin, bis ini tidak ada selonjoran kaki, tutup kepala dan juga chargeran. Di
bis itu saya cuma bisa tidur-tidur ayam, tidak sepulas waktu naik bis dari
Osaka ke Tokyo.
*1 Yen = 113.5 Rupiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar