Senin, 02 Februari 2015

Pulau Harapan (Palsu)

Weekend kemarin, tanggal 31 Jan-1 Feb gue main ke Pulau Harapan, di Kepulauan Seribu. Gue ikut trip temen gue yang bernama Rani, nama tripnya Rani Journey. Kita bisa muterin Pulau Harapan dan sekitarnya dengan membayar 350 ribu. Kali ini gue pergi bareng Melta, partner trip ke Jepang gue. Biasanya agak susah ngajak dia trip ala backpacker, tapi entah kenapa sejak pulang dari Jepang dia jadi mau-an. Hahahha.

Gue dan Melta naik busway ke arah Pluit jam 5 pagi, untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik angkot B01 merah dari Pluit menuju Muara Angke. Meeting point trip ini. Kita sampai di Gerbang Muara Angke pukul 6.15. Kita musti agak jalan ke dalam dan becek-becekan untuk masuk ke pelabuhannya. Kamipun bertemu dengan tour leader kali ini, namanya Ranu. Gue agak heran ya, 3 kali ikut Trip Rani Journey tour leadernya namanya mirip-mirip semua. Dari Rani, Randy terus Ranu. Mungkin emang seleksinya berdasarkan nama. Hahahhaa.

Kami kemudian naik kapal, yang sudah penuh dengan orang. Gokil deh tuh kapal rame abis. Gue sama Melta duduk di sisi sebelah kanan kapal dan di luar. Harusnya kapal hari itu ada 2 yang ke Pulau Harapan, tapi 1 kapal ga jalan, jadi dipenuh-penuhin deh itu 1 kapal.

Kapal tapi rame amat. Udah kaya di angkot. (Photo by Rizal)

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8, dan kapal belum juga bergerak. Padahal di jadwal kapalnya jalan jam 7. Ternyata, ada polisi yang patroli di situ dan dia tidak mengijinkan kapal kita berangkat sampai muatannya dikurangi. Alhamdullilah! Soalnya agak ngeri juga ya bawa kapal ratusan orang berdesak-desakan gtu. Akhirnya sebagian orang yang duduk di atas atap, dipindahin ke kapal satunya lagi.

Perjalanan menuju Pulau Harapan memakan waktu 3 jam. Sepanjang jalan, ombaknya kenceng banget dan kapalnya goyang-goyang agak ekstrem. Gue sempet agak takut, begitu pula cewek sebelah gue, yang kayanya udah ketakutan banget. Tuh cewe kayanya emang ga siap backpackeran sih. Dia pake kosmetik lengkap beserta jaket bulu. Hmm..

Setelah harap-harap cemas menuju Pulau Harapan, akhirnya kapal sampai juga jam 11 siang. Pemandangan dari pelabuhannya cukup bagus dan terlihat gradasi warna biru muda dan biru tua. Kami pun menuju homestay dan makan siang di sana. Saya satu kamar berlima cewe-cewe semua. Homestaynya namanya Baronang 3 dan cukup oke, ada ACnya.

Pasukan trip Harapan kali ini.

Setelah makan siang, kami mulai perjalanan Island Hopping. Saya sudah siap dengan masker, snorkel, sepatu boot snorkeling dan dry bag. Gue sempet menjadi pusat perhatian gara-gara bawa peralatan lengkap banget. Hahahha.

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Putri. Di sini kita snorkeling. Bawah lautnya cukup oke. Banyak karang-karang dan juga ikan kecil lewat. Oke lah. Setelah itu kita ke Pulau Gosong Air. Pemandangan di sini bagus banget. Gue ga nyangka ada yang bagus macam gitu di Pulau Seribu. Kita bisa snorkeling di laut dangkal dan ada segerombolan ikan jalan-jalan di sana. Anak-anak langsung pada ngasi cracker buat dikasih makan ke ikan-ikan itu.

Ikan Sergeant Major yang langsung rame ngeliat cracker (Photo by Rizal)

Pulau Gosong Air. Airnya bening banget.


Puas main air dan foto-foto, kita ke Pulau Gosong Darat. Nah pulau ini asli mirip banget sama Pulau Gusung yang ada Di Derawan. Mungkin yang namanya Pulau Gusung emang modelnya begini semua kali ya. Bagus deh pokoknya! Uniknya, ada yang jualan gorengan di tengah pulau kecil itu. Itu pulau kecil banget, kaya cuma berapa meter. Kalo airnya pasang, kayanya itu pulau kelelep deh. Si Melta dan temen baru kita yang namanya Pipit langsung menyerbu itu tukang gorengan. Hahahhaa.

Penampakan Pulau Gosong Darat dari perahu

Ini separo pulaunya. Kecil tapi berkesan.

Ayo berkemah!

Sehabis itu, kita ke Pulau Perak. Pulau ini juga bagus, dengan gradasi warna biru yang keren. Gue suka denger cerita soal Pulau Perak ini dari temen gue si Ires. Dia sering berkemah di sana. Haha. Pengen rasanya kali-kali nyobain berkemah di pulau juga. Gue sama temen-temen baru muterin ini pulau sambil ledekin sih Pipit yang gayanya pecicilan dan ga berenti ngomong. Hahhaha. Akhirnya ada juga trip di mana bukan gue sasaran bully-nya, tapi orang lain! Hahahhaha.

Pulau Perak

Pukul 5 sore, kami kembali ke Pulau Harapan. Di dermaga, kami nyobain jajanan khas Pulau Harapan, Cilung Abon. Jajanan ini mirip sama cireng tapi ini digulung, namanya juga cilung! Hahhaa. Cilung yang enak yang di dermaga, harganya Rp 5000,-. Ada juga yang sama abang lewat harganya Rp 3000,- tapi enakan yang di dermaga. Buat Om Dodi yang udah nraktir kita-kita, thank you ya! Hahahhaa.

Setelah itu kami pun pulang ke penginapan untuk mandi dan makan malam. Rencananya, habis makan malam akan ada barbecue di dermaga. Tapi karena hujan lebat, acara barbecue-annya dicancel L

Malam itu kami tidur cepat sekitar jam 9. Kemudian kami bangun pukul 6 pagi di hari Minggu. Saat bangun, di luar masih hujan. Sepertinya perjalanan kami ke Pulau Bulat dan Genteng dicancel. Kami menunggu sampai jam 8 untuk mendapat kepastian, namun guide yang di kapal ga dateng2 ke tempat kita. Itu artinya, tidak ada perjalanan kali itu. Agak kecewa sih. Tapi memang itu resikonya pergi saat musim hujan.

Hari itu, kami hanya berjalan-jalan keliling pulau dan juga makan indomie di warung. Hahahha. Walaupun hujan tapi kita tetep bisa ketawa-ketawa ceria dengan teman-teman baru.

Pukul 11 kami menaiki kapal lagi untuk menuju Jakarta. Kapalnya juga sudah cukup penuh. Gue sampe duduk harus menekuk kaki. Banyak orang yang kesulitan mendapat tempat duduk, tapi nyebelinnya ada beberapa orang yang dengan seenaknya santai-santai tiduran. Rrrr.

Sampai Jakarta, kami makan seafood dulu di Muara Angke. Setelah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing, masih ditemani hujan :)

See you next trip! (Photo by Dodi)

Sabtu, 17 Januari 2015

Family Weekend in Tanjung Lesung

Di awal tahun ini, gue bersama keluarga merencanakan liburan ke Tanjung Lesung. Kami pergi pada tanggal 10-11 Januari 2015. Kami berangkat dari Jakarta pukul 8 pagi di hari Sabtu, kemudian sampai di Tanjung Lesung sekitar jam 2 siang. Lumayan juga, perjalanannya 6 jam (ga gitu macet), belum dipotong waktu makan siang dan mampir buat sarapan.

Tanjung Lesung ini letaknya di Banten, tepatnya setelah Anyer dan Carita. Pas masuk, kelihatan tempatnya private banget. Tanjung Lesung punya kompleks pribadi sekitar 1500 HA. Kami menginap di Tanjung Lesung Beach Hotel. Kami memesan cottage yang paling kecil dengan 1 kamar. Harga per malamnya Rp 1.700.000,- (kebayang ga kuat bayarnya kalo pergi ke sana sendiri hahahah). Hotel ini cukup bagus dan memiliki kolam renang sendiri yang langsung menghadap pantai. Wih, berasa kaya di Bali deh!

Kolam renang menghadap pantai di Tanjung Lesung Beach Hotel

Setelah check-in, kami pergi ke Beach Club. Beach Club ini adalah pusat kegiatan olahraga air di Tanjung Lesung. Di sini kita bisa snorkeling, jet ski, banana boat bahkan bisa menyewa kapal untuk pergi ke Ujung Kulon atau Anak Gunung Krakatau. Jika ingin ke Ujung Kulon, harganya cukup mahal. Rp 8.500.000,- dengan maksimum 8 orang. Mending ikut trip backpacker dari Jakarta deh. Haha.

Saya dan Cito ingin snorkeling di Beach Club. Sayangnya karena cuaca kurang mendukung dan airnya keruh, snorkelingnya tidak bisa dilakukan. Huhu. Akhirnya kita Jet Ski saja (Rp 320.000 selama 20 menit). Ini adalah pengalaman pertama gue Jet Ski. Rasanya, serem ! hahhahaha. Tadinya gue mau jet ski berdua aja disetirin cito, tapi akhirnya kami memutuskan jet ski bergantian dengan disetirin abangnya. Abangnya ini nyetirnya gokil juga, beberapa kali rasanya loncat dan hampir jatuh. Rada ngeri gue. Hahahha.

Setelah jet ski, saya duduk-duduk sebentar di pinggir pantai, lalu balik ke hotel untuk berenang. Hahaha. Pantainya sendiri cukup bagus untuk ukuran Pulau Jawa. Oke lah ! Di malam hari, kami sekeluarga melihat pertunjukan yang diadakan pihak hotel yaitu Debus ! Agak ngeri juga ngeliat orang ditusuk-tusuk gtu. Rrrr.


Jembatan di dekat Beach Club

Keesokan harinya, Cito, Mama dan Papa ingin bersepeda keliling pantai. Sebagai satu-satunya anggota keluarga yang tidak bisa bersepeda, saya memilih melipir ke jembatan di pantai Beach Club. Setelah agak bosan di situ, saya jalan-jalan lagi dan menemukan spot nyaman di villa sebelah. Namanya villa kalicaa. Vila ini masih satu manajemen dengan hotel kami. Sepertinya semua yang ada di Tanjung Lesung memang di bawah 1 manajemen. Di villa ini ada private beach dengan view pantai yang bagussss, kaya di Gili. Saya menghabiskan waktu berjam-jam tidur-tiduran di kursi pantai itu.

Jemur-jemur cantik di pantainya Kalicaa Villa

Pantainya cakep. Mungkin yang paling bagus di Pulau Jawa.


Ada 1 hal yang agak lucu waktu saya di Tanjung Lesung, saya bertemu dengan segerombolan karyawan dari kantor tempat saya pernah melamar dulu. Hahaha. Mereka lagi outing di Tanjung Lesung. What a coincidence! Saya bisa tahu karena saya pernah interview sama CEO-nya dan dia ada di sana waktu itu. Hahahhaa.

Jam 1 siang kami pulang dari Tanjung Lesung, kami mampir dulu ke Karang Bolong, Anyer, untuk melihat-lihat. Tadinya mau mampir ke mercusuar juga, tapi rasanya terlalu sore. Meskipun cuma sebentar, tapi senang rasanya ketemu pantai lagi. Di penghujung bulan Januari rencananya saya juga mau ke pantai lagi, ke manakah? Tunggu jawabannya di postingan selanjutnya!

Hutan Pinus Gunung Pancar

Kalo pengen wisata alam yang ijo-ijo, bisa coba ke tempat ini. Hutan pinus gunung pancar!
Letaknya di sentul. Masuknya lewat perumahan sentul city. Tadinya gue sama teman2 mau ke wisata pemandian air panasnya. Cuma karena penuh sesak, akhirnya kita mengurungkan niat dan foto2 saja di sekitar hutan pinus. Kalo kt temen gue yg liat fotonya sih bagus ya, kaya di aussie. Hahaha.
Untuk masuk ke tempat ini kita musti bayar 25 ribu. Itu belum termasuk kalo mau ke pemandian air panas. Yang juga bayar 25 ribu. Di sini kayanya banyak premannya. Ati2 sm pak ogah di sepanjang jalan!

Overall sih tmp wisatanya cuma gitu aja, tapi okelah buat foto-foto dan refreshing! Here are some pics from Gunung Pancar!

Hutan Pinus


Ngeliatin apa, bu?

We-fie with SFC friends


Jumat, 16 Januari 2015

Happy New Year!

Postingan pertama di tahun 2015. Yippie!
Di postingan ini gue mau cerita tentang malam tahun baru gue dan bagaimana gue menghabiskan hari pertama di tahun 2015.

Seperti tahun baru tahun kemarin, gue memutuskan untuk bertahunbaru di apartemen saja. Lagi2 gue ajak temen2 nginep untuk ngeliat kembang api bareng2. Temen2 kali ini dari circle geng Wawan. Hahahhaa. Jadi kita semua bisa ketemu gara2 Wawan deh pokoknya. Tapi sayang Wawan ga ikut acara kita karena sedang menempuh ilmu di Rusia. Di sini ada Erlyn, Rosa dan Rew. Harusnya ada Biyanto juga, tapi karena dia PHP, jadilah kita setaun dari 2014-2015 nunggu dia ga dateng2. Hahahha.

Kalo tahun lalu gue ke bundaran HI, taun ini gue ngeliat kembang api cukup dari apartemen. Kapok ke HI, desek2an sama banyak orang. Ujung-ujungnya bukannya seneng malah gondok. Hahahha. Ternyata ngeliat kembang api dari apartemen seru juga kok. Setelah kita muter2 cari spot yang oke, dari rooftop sampe kolam renang, akhirnya pilihan terakhir jatuh pada lantai kamar gue. Hahaha. Kita ngeliat kembang api dari jendela deket lift lantai 18. Di situ kembang apinya keliatan lebih jelas. Selain acara liat kembang api gue juga ada acara tuker kado. Kebetulan, kita dapet kado seperti yang kita mau. Rosa dapet buku (untung bukan gue yang dapet, karena gue ga suka baca), Rew dapet gelas, Erlyn dapet semacam karpet duduk, sementara gue dapat makanan! Hahahhaa. Selain itu kita juga pizza party! 

Tuker kado di malam tahun baru

Keesokan harinya kita memutuskan untuk pergi ke hutan mangrove Pantai Indah Kapuk. Gue emang pengen ke tempat ini udah dari lama. Kebetulan anak2 pada mau juga. Langsung lah cus.

Setelah bertemu dengan si PHP Biyanto di halte Tosari, kami ke halte busway monas untuk menunggu BKTB (sejenis busway dengan tiket Rp 6.000) yang langsung ke PIK. Nunggu ini bis lamanya aujubile. Maklum armadanya cuma ada 5 biji. Kami sempat putus asa dan memutuskan untuk ngeteng angkot aja dari Kota. Tapi kemudian bis itu datang, setelah menunggu 45 menit. Awalnya kami ga yakin kalau itu bis ke PIK. Mana abangnya ga teriak2 kalo itu bis ke PIK. Kita *gue tepatnya* cuma modal sotoy aja. Ikut itu bis ke kota, eh ternyata itu bis beneran ke PIK. Hahahha. Alhamdullilah!

                
Seperti ini kira-kira bentukan bisnya. Tapi ga ada petunjuk rutenya di kacanya. Pokoknya kalo liat ini bis, niscaya bis ini menuju ke Pantai Indah Kapuk. (Photo by Google)

Fyi kalo mau ke PIK juga bisa naik kopami 02 dari kota terus lanjut mikrolet 03 merah ke PIK.

Perjalanan ke PIK cukup lama, ada kali sejam. Kami turun di yayasan Buddha Tzu Chi. Kemudian jalan kaki ke arah kiri menuju hutan mangrove. Perjalanan ke sana memakan waktu 20 menit jalan kaki. Kondisi waktu itu gerimis. Jadi agak ga nyaman jalan kemana2 becek.

Masuk ke dalam hutan mangrove ini kita diharuskan merogoh kocek Rp25.000 per orang. Di sana dilarang membawa kamera baik digital maupun SLR. Denger2 kalo bawa kamera disuruh bayar sejuta. Yang boleh digunakan hanya kamera HP. Tapi waktu ke sana sih pemeriksaannya ga terlalu ketat, cuma ditanya bawa kamera atau ga. Tanpa diperiksa tasnya satu per satu. Tempat ini buka dari pukul 8 pagi sampai 7 malam.

Kompleks hutan mangrovenya cukup luas. Terdapat beberapa penginapan dari yang ukurannya sekecil tenda sampai yang luas. Banyak pohon mangrove yang ditanam oleh berbagai perusahaan/institusi yang sempat ke situ, salah satunya saya melihat nama SMA saya. Santa Ursula. Hahahha. Di sana kita juga bisa naik kano. Tadinya kepengen, cuma karena cuaca kurang bersahabat, ga jadi deh. Akhirnya kita muter-muter aja ngelilingin hutan sambil foto-foto. Tempatnya cukup ok untuk refreshing. Melihat alam dan hijau dimana2. Sayang karena cuaca hujan jadi agak kurang maksimal.

Itu pohon-pohon yang ditanam sama berbagai institusi.

Yang bentuknya segitiga itu penginapan seluas tenda tapi dari kayu. Mungkin bisa coba nginep kapan2!

Berasa kaya di danau UI. Hahahha.

Kami sempat makan sore di sana, indomie seharga Rp 12ribu. Setelah puas berkeliling kami pulang pukul 7 malam dan menunggu bis BKTB lagi selama 45 menit. Kali ini tempat menunggunya lebih epik. Tidak ada halte, tidak ada tempat duduk, hanya berdiri di jalan saja. Mau nangis rasanya. Cape dan pegel bo!

Akhirnya datang juga tuh bis yang super lama. Dan anak2pun kembali menginap di tempat saya malam itu..

What a day!

Senin, 17 November 2014

Perjalanan ke Negeri Sakura: Kyoto

DAY 6: OSAKA-KYOTO
Perjalanan menempuh waktu 8 jam. Pukul 8 pagi kami sudah tiba di terminal Willer Express di Umeda Sky Building. Lagi-lagi tempat ini, sepertinya memang saya ditakdirkan untuk terus kembali ke sini, ke Willer Express, ke Osaka. Udah 4 kali ke sini selama kami di Jepang. Di sana, saya membuang sepatu saya yang sudah tidak enak dipakai, sekalian buang sial. Hahahha. Saya meneruskan perjalanan dengan sandal jepit Melta, yang walaupun sempit, tapi lebih proper daripada sepatu saya.

Kami memiliki 2 pilihan untuk pergi dari Osaka ke Kyoto. Pertama, naik Shinkansen 10 menit dengan harga 1420 Yen* atau naik kereta biasa 30 menit dengan harga 560 Yen*. Rencananya saya akan naik Shinkansen saat pulang dari Kyoto ke Osaka (flight kami ke Indonesia dari Osaka). Kami pun naik kereta biasa dan.. voila! Dalam 30 menit kami sudah berada di Kyoto!

Stasiun Kyoto sangatlah luas, kami membeli Kyoto Bus Pass (500 Yen seharian) terlebih dahulu untuk berkeliling Kyoto nantinya. Kami berjalan kaki menuju penginapan J-Hoppers Kyoto (5300 Yen untuk 2 malam), dari stasiun kira-kira jaraknya 20 menit. Sesampainya di hostel, saya mandi dulu kemudian bersiap menjelajah Kyoto! Sehabis makan, saya mencari sepatu boots di Department Store dekat stasiun. Sangatlah sulit mencari sepatu dengan ukuran kaki saya 41. Sepertinya memang cewek2 Jepang kakinya kecil mungil, ga kaya saya. Akhirnya setelah 2 jam mencari, ketemu juga boots di GU. Ga disangka, harganya cukup murah dan ada ukuran saya. Langsung saja saya membelinya! (N.B: setelah saya kembali ke Jakarta, saya menemukan sepatu yang sama di UNIQLO dengan harga 2 kali lipat)

GINKAKUJI TEMPLE
Setelah belanja, kami pergi dengan menggunakan bis dari stasiun Kyoto ke Ginkakuji Temple, kami naik bis ke stasiun terdekat, kemudian jalan kaki menuju templenya. Sepanjang jalan menuju temple, terdapat berbagai jajanan dan pernak-pernik khas Jepang. Saya tergiur untuk membeli Es Krim Green Tea-nya (300 Yen). Nyam! Sepanjang saya di Jepang, semua makan di sini beserta jajanannya enak-enak. Ga ada yang ga enak. Bahkan melta yang katanya picky eater juga makan terus selama di sini.

I miss this ice cream when back to Jakarta

Ginkakuji (tiket masuk 500 Yen) ini templenya sangat rindang, dipenuhi dengan pepohonan. Sayang, tidak ada guide yang bisa menceritakan asal muasal temple ini pada saya, keterangan di bookletnya pun menurut saya kurang jelas. Tapi menurut saya templenya sangat bagus. Saya mulai jatuh cinta dengan kota budaya, Kyoto. Sesuai dugaan saya sebelumnya..

Ginkakuji Temple

KYOMIZUDERA
Hari mulai sore, dan kami  memutuskan untuk pergi ke kuil lain, Kiyomizudera (tiket masuk 300 Yen). Perjalanan ke kuil ini juga dipenuhi stall2 makanan dan pernak pernik. Kami betah berlama-lama jalan di sini. Karena hari mulai sore, kami pun agak tergesa-gesa ke sana. Kiyomizudera adalah kawasan kuil yang sangat luas. Kami mengitari kuil ini selama 1 jam. Sayang, di sana, ada kuil yang sedang direnovasi. Kami menghabiskan sunset di tempat ini, melihat pemandangan kota Kyoto yang begitu cantik. Di mana-mana banyak wanita yang memakai Yukata. Mungkin lain waktu saya juga pengen nyoba jalan-jalan di Jepang pake yukata. Hihi.

Sunset in Kyoto from Kyomizudera

GION
Ternyata boots yang baru saya beli juga tidak senyaman itu saat dipakai. Saya pun menemukan sepatu kets Puma dengan harga diskon di jalan dan membelinya. Haha. Boros banget gue belanja2 mulu. Sehabis dari Kiyomizudera, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Gion. Kawasan ini adalah pusat perbelanjaan di Kyoto. Kawasan ini juga terkenal dengan Geisha-nya. Sayang, kami tidak menemukan Geisha saat itu.

Dari Gion kami pulang ke hostel. Kami makan di dekat hostel (650 Yen) lalu kemudian beristirahat. Menurut saya, hostel ini agak kurang nyaman. Dinginnya udara di luar masuk ke dalam, saya tidak tahu apa pemanas di dalam rusak atau dindingnya kurang tebal. Yang jelas, banyak orang juga mengeluhkan hal itu di internet. Showernya agak aneh karena harus ditekan tiap 5 menit sekali. Dan untuk menuju ke lantai atas tidak tersedia lift, alias harus naik tangga. J-Hoppers Hostel ini memang terkenal sebagai salah satu pelopor hostel di Jepang, sudah berdiri sejak tahun 2000-an. Mungkin karena sudah lama ini, maintenance-nya jadi kurang, berbeda sama hostel2 baru yang sebelumnya saya inapi. Kelebihannya, penerima tamunya ramah. Namanya Yulia, dan dia berasal dari Rusia. Hostel ini juga meminjamkan yukata free untuk kita berfoto-foto.

DAY 7 : KYOTO
Belajar dari pengalaman kami sebelumnya, kami bangun pukul 7 pagi dan berangkat pukul 8. Udah hari ke-7, baru belajar, telat booo! HAHAHHA.
Hari ini kami berencana akan pergi ke Kinkakuji Temple, kawasan Arashiyama dan juga Nishiki Market.

KINKAKUJI TEMPLE
Perjalanan dari stasiun Kyoto menuju Kinkakuji ditempuh dalam waktu 1 jam dengan menggunakan bis. Kinkakuji temple (tiket masuk 400 Yen) ini sangat terkenal dengan kuil emasnya. Benar saja, begitu masuk ke dalam, saya menemukan kuil emas yang sangat cantik dengan pantulan air yang sempurna. Saya semakin jatuh cinta dengan Kyoto. Setelah mengitari area kuil, kami pun melanjutkan perjalanan ke Arashiyama. Oh iya, kuil-kuil yang saya datangi di Kyoto ini hanya bisa dilihat dari luar. Kita tidak dapat masuk ke dalam untuk melihat isi kuil tersebut.

The beautiful Kinkakuji Temple (Golden Pavillion)

ARASHIYAMA
Kami naik bis ke Arashiyama di mana terdapat Togetsukyo Bridge, yang sangat bagus di musim gugur. Sayang, waktu itu daun musim gugur di Kyoto belum nampak. Puncak musim gugur di Kyoto itu bulan November. Saya terbayang  bagaimana indahnya jembatan tersebut dengan latar belakang daun musim gugur yang memukau. Setelah melewati jembatan, kami mengikuti jalan, yang akhirnya membawa kami ke Bamboo Path. Tempat ini sangat keren, terdapat jalan di mana kiri kanannya ada pohon bamboo yang tinggi menjulang. Cooooool! Setelah itu, kami naik Sagano Romantic Train (620 Yen) yang di sekitarnya terdapat pohon dan sungai cantik. Sagano train ini jadwalnya sejam sekali. Waktu saya ke sana, saya datang jam 1, tapi mendapatkan tiket yang jam 3. Harus menunggu agak lama untuk menikmati Sagano.

Togetsukyo Bridge

Bamboo Path

Setelah berkeliling dengan Sagano train, kami naik JR dari stasiun terdekat (200 Yen) untuk kembali ke terminal bis untuk melanjutkan perjalanan ke Nishiki Market. Agak deg-degan juga karena pasar ini tutupnya jam 5. Beruntung, hari itu adalah malam minggu, dan ternyata pasarnya tutup agak malam. Kami belanja oleh-oleh di Nishiki Market, dan sekitarnya. Akhirnya kami bisa puas-puasin belanja oleh-oleh. Pas banget, karena itu adalah malam terakhir kami di Jepang.


Sagano Romantic Train


View from Sagano Romantic Train

Pukul 9 malam kami pulang ke hostel dan saya berfoto-foto dengan yukata yang disediakan. Sayang si Mel ga mau foto pake yukata. Malam itu kami mulai packing dan menyadari bahwa bawaan kami berlipat ganda. Semoga kami tidak kena tambahan bagasi di flight esok hari.

DAY 8: KYOTO-KUALA LUMPUR
Tak terasa sudah hari terakhir di Jepang. Saya sangat sedih karena saya mulai mencintai kota ini, dan negara ini. Yaa selain itu males juga sih ke kantor tau bakal ada kerjaan numpuk. Hahaha. Hari ini kami bangun pagi kembali karena akan mengeksplor sebuah kuil yang tak kalah cantiknya dengan kuil lain, Fushimi Inari Shrine (free entry).

FUSHIMI INARI SHRINE 
Kuil ini masuk dalam peringkat pertama tempat di Jepang yang paling banyak dikunjungi oleh turis versi Trip Advisor. Terdapat ribuan gerbang untuk menuju puncaknya. Perjalanan menuju puncak memakan waktu 1.5 jam. Kami tidak sampai puncak dan hanya berhenti di tengah-tengah. Selain lelah, kami juga harus mengejar bis untuk kembali ke hostel lalu pulang ke Osaka.

Sepanjang Fushimi Inari Shrine pemandangannya begini semua

Sehabis makan siang, kami mengambil barang bawaan kami di Hostel kemudian ke stasiun Kyoto, tempat kita akan menaiki Shinkansen ke Osaka (1420 Yen). Shinkansen ini benar-benar cepat, dalam 10 menit kami sudah tiba di Osaka. Di luar kereta terlihat pemandangannya cepat sekali berubah, sementara di dalam, tidak terasa kecepatannya. Coool! Jika Anda memiliki banyak budget, Anda bisa menggunakan Shinkansen untuk berkeliling Jepang. Harganya sendiri sekitar 3 juta rupiah untuk satu minggu. Jarak dari Osaka ke Tokyo saja hanya ditempuh dalam waktu 2 jam, berbeda dengan naik bis malam yang menempuh waktu 8 jam.

Tiket Shinkansen Kyoto-Osaka

Shinkansen (Japanese bullet train)

Setibanya di Osaka, kami menuju Namba untuk menaiki Nankai Express ke Bandara Kansai. Yang kami takutkan terjadi, tas kami overload sehingga harus menambah extra bagasi. Kamipun membayar 4000 Yen untuk kelebihan bagasi kami berdua. Di bandara, akhirnya kami bertemu Tokyo Banana, yang sangat sulit dicari di Jepang. Tokyo Banana ini sangat terkenal di Indonesia, sementara di Jepang, sepertinya biasa saja. Maklum, semua snack di Jepang memang enak-enak. Kata teman saya, kalau mau mencari Tokyo Banana yang lebih murah, bisa dicari di Tokyo Sky Tree. Perbedaan harga sampai dengan Rp 50.000 dibanding di bandara.

Pukul 4 sore, saatnya kami berpisah dengan Jepang. Sedih rasanya. Jam 10 malam kami sudah tiba kembali di Kuala Lumpur. Suasana di sana sangat berbeda. Kami bertemu dengan petugas imigrasi yang galak-galak, jauh berbeda dengan orang Jepang yang sangat baik dan sangat santun. Di Jepang, orang-orangnya sangat helpful. Meskipun mereka tidak bisa Bahasa Inggris, tapi mereka akan mencoba menjawab pertanyaan kita sekuat tenaga, saya sendiri sampai kasihan melihatnya. Mereka juga selalu berterima kasih dan minta maaf. Bayangkan, saya tidak sengaja menyenggol orang di bis, eh malah dia yang minta maaf. Padahal saya yang salah, jadi merasa gak enak sendiri..

Karena sudah tahu spot enak untuk tidur, kami mengunjungi Burger King yang sofanya bisa untuk ditiduri. Setelah makan malam di sana, saya pun tertidur. Cukup pulas hari itu. Keesokan harinya kami berangkat ke Jakarta pukul 8 pagi dan tiba di Jakarta pukul 9. Selamat kembali ke kota yang panas dan macet. Hehehe..

Note:
*1 Yen = 113.5 Rupiah
Total biaya keseluruhan perjalanan kurang lebih Rp13.500.000 (jika tidak terjadi ketinggalan bus dan tidak belanja belanji, mungkin bisa Rp 11.000.000)

Arigatou Gozaimasu, Japan!

Jumat, 14 November 2014

Perjalanan ke Negeri Sakura: Tokyo dan Nikko

DAY 4 : TOKYO
Setelah bermalam di bis dengan tidur yang cukup nyenyak, kami sampai di Tokyo tepatnya di Stasiun Ikebukuro. Dari Ikebukuro, kami naik subway ke Asakusa tempat hostel kami berada. Kami membeli tiket terusan subway untuk 1 hari penuh seharga 1000 Yen*. Kami menginap di Khaosan Asakusa Hostel World & Ryokan (3400 Yen per malam) dengan memesan tempat tidur ala Jepang, yang disebut Ryokan. Asakusa adalah daerah pusat budaya dan pernak pernik tradisional Tokyo, berbeda dengan bagian Tokyo lain yang “kota” banget. Setelah mandi, kami melanjutkan perjalanan ke Tsukiji Fish Market.

TSUKIJI FISH MARKET
Kami sampai di sini kira-kira jam 1, banyak tempat yang sudah tutup, namun beberapa penjual masih buka. Kabarnya, Tsukiji Fish Market adalah pasar tempat menjual ikan terbesar di dunia. Di sini dijual berbagai macam ikan seperti salmon, tuna dan sebagainya. Jika ke sini jam 4 subuh, Anda bisa melihat pelelangan tuna. Saran saya kalau mau ke sini lebih baik di pagi hari, jangan kesiangan kaya saya. Di sini kami melihat berbagai makanan dan juga ikan dijual, kami tidak membeli apa-apa karena sudah kenyang. Perjalanan pun dilanjutkan ke Meiji Shrine.

MEIJI SHRINE dan HARAJUKU
Meiji shrine adalah sebuah kuil di sebelah pusat perbelanjaan Harajuku. Cuaca saat itu cukup dingin ditambah hujan, kuilnya sendiri cukup besar namun sederhana. Terdapat tempat berbagai doa yang ditulis di kayu digantung. Saya juga pengen nulis doa, tapi lalu inget kantong. Hahah.

Sehabis dari Meiji Shrine kami ke Harajuku. Saya berharap bisa menemukan jaket tebal dan boots di sini. Karena kabarnya harganya ada yang miring. Tapi setelah berputar-putar, saya tidak menemukan yang harganya miring. Kami malah berakhir belanja di Daiso untuk keperluan pribadi dan oleh-oleh. Saya juga berharap melihat banyak yang cosplay di sini, namun karena cuaca jelek dan hari itu masih hari biasa, tidak begitu banyak orang cosplay.

Meiji Shrine

Harajuku Street

Wallpaper at Harajuku Street

SHIBUYA dan SHINJUKU
Mengejar waktu, kami pun pergi ke Shibuya. Di sana adalah pusat kota Tokyo, di mana terdapat persimpangan Shibuya yang sangat ramai orang berlalu lalang. Kami mencari patung Hachiko, anjing yang terkenal itu. Agak susah mencari patung Hachiko, dalam bayangan saya patungnya besar, namun ternyata kecil dan sulit dicari.

Di Shibuya ini kami makan malam di Pepper Lunch. Sistem pemesanannya agak unik karena kami harus memilih menu dan membayar di boks panjang (seperti boks minuman kaleng), lalu mengambil bon dan memberikannya pada pelayan di sana. Pepper Lunchnya kurang lebih sama seperti yang di Jakarta. Yang saya amati sejak saya sampai di negara ini adalah banyaknya bangku untuk makan sendiri atau mengitari dapur. Jarang bangku yang untuk rame2. Sepertinya orang Jepang lebih senang makan sendirian daripada bersama orang lain.


Shibuya Crossing Line

Patung Hachiko

Selepas dari Shibuya kami ke Shinjuku. Shinjuku ternyata kurang wah dibanding Shibuya, padahal dalam bayangan saya Shinjuku itu lebih wah. Hehehhe. Saya menemukan UNIQLO lalu membeli jaket di sana. Akhirnya ketemu jaket juga! Sementara itu bootsnya belum ketemu, padahal kaki saya sudah sakit sekali ditambah sepatunya kemasukan air hujan :(

Kemudian kami pulang ke Asakusa dan berharap bisa melihat pasar tradisional Nakamise di sana, sayang pasarnya sudah tutup dari jam 5 sore. Saya pun Cuma berfoto di kuil ini..

DAY 5: NIKKO
Kami bangun pada hari itu sekitar jam 10. Kami benar-benar pemalas, karena terlalu lelah setiap malamnya. Saya membayangkan perjalanan dari Tokyo ke Nikko hanyalah 1 jam. Tapi ternyata 3 jam. Jeng jeng jeng! Alhasil hari itu diawali dengan terburu-buru, kejar-kejaran sama kereta.

Kami melihat lihat sebentar ke Nakamise Shopping Street, tempat di mana banyak pernak pernik tradisional dijual, kemudian makan di MOS Burger (700 Yen). Setelah itu kami langsung naik kereta menuju kota Nikko (1360 Yen). Nikko menjadi tujuan kami di Jepang karena di bulan Oktober ini, di Nikko sudah musim gugur. Kota lain juga sudah musim gugur, namun belum banyak bunga musim gugurnya. Sementara di Nikko, sudah banyak. Kami berniat pergi ke beberapa air terjun yang di kanan kirinya ada autumn leaves.

Perjalanan dari Tokyo ke pusat kota Nikko ditempuh selama 2 jam 10 menit dengan menggunakan kereta Nikko Tobu Line dari stasiun Asakusa. Sesampainya di stasiun Nikko, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Kami harus melanjutkan perjalanan ke Okunikko (menggunakan Nikko Day Pass 2000 Yen tergantung jarak), tempat air terjun2 itu berada. Perjalanan ke Okunikko berjarak 1 jam dengan menggunakan bis, kami pun langsung ke Kegon Falls (tiket masuk 550 Yen). Air terjun yang katanya paling besar di Nikko.

Naik air terjun di sini sangatlah berbeda dengan di Indonesia, di Indonesia kita harus trekking berjam-jam untuk melihat indahnya air terjun, sementara di sini kita tinggal naik lift menuju ke atas, lalu sampailah ke Observation deck air terjun. Memang, kita hanya bisa melihat air terjun tanpa bisa main dan mandi-mandi di sana. Tapi itu saja sudah sangat bagus. Kami melihat daun musim gugur di air terjun tersebut, belum benar-benar merah, tapi sudah lumayan lah.
                                                                              
Kegon Falls

It's autumn in Nikko!

Pukul 5 kami melanjutkan perjalanan ke Ryuzu Falls (naik bis 420 Yen), sayang sampai sana sudah gelap, mana semua petunjuk jalan bertuliskan huruf kanji. Akhirnya kami berhasil melihat Ryuzu falls, yang jauh lebih kecil daripada Kegon. Namun sangat cantik karena di sebelah kiri dan kanannya ada autumn leaves. Saya agak menyesal sampai di sini sesore ini, karena kalo lebih siang pasti pemandangannya jauh lebih indah dan spot yang didapat pasti lebih banyak. Itulah ganjaran bangun siang, kalo kata orang jaman dulu.. rejekinya dipatok ayam. Hahahha. Di Ryuzu, kami makan udon dulu untuk makan malam, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Tokyo. Kami harus sampai Tokyo setidaknya jam stgh10 malam, karena jam 10.15 kami sudah harus naik bis Willer Express ke Kyoto. Selamat berpacu dalam waktu!

Ryuzu Falls

Perjalanan dari Nikko ke Tokyo sangatlah tidak mulus. Diawali dengan menunggu kereta di peron yang salah. Dan kami harus berkejar2an dengan kereta di peron lain yang akan segera berangkat. Di tengah jalan, kami dipindahkan ke kereta Express (alias lebih mahal). Kami pikir kami tidak harus membayar lagi, tapi ternyata kami harus bayar lagi, atau kami harus turun. Mau ga mau kami membayar, karena kami harus sampai ke Tokyo pukul setengah 10, dan tidak ada waktu untuk menunggu kereta lagi. Saya deg-degan dalam hati, takut tidak sampai di terminal tepat waktu.

Kami sampai di stasiun Asakusa setengah 10, kemudian harus naik subway lagi ke stasiun Shinjuku, tempat terminal bis berada. Tidak saya sangka-sangka, perjalanan ke Shinjuku cukup jauh. Dalam pikiran saya di Jepang kemana-mana deket, karena transportasinya gampang. Di tengah jalan di subway, kami melirik jam dan sudah pukul 09.45. 30 menit lagi menuju keberangkatan bis! Saya dan Melta memutuskan turun dan naik taksi ke Shinjuku, dengan ekspektasi perjalanan lebih cepat. Taksi di sini ternyata lebih mahal daripada di Osaka, sekali buka pintu 700 yen. Ternyata, Shinjuku letaknya memang agak lumayan, kami sampai sana pukul 22.25 dengan argo taksi seharga 4500 yen. Gila, stres banget, baru kali ini naik taksi seharga Rp500.000 dengan waktu tempuh 30 menit, mana tetep telat pula!

Kami sudah telat 10 menit dari pukul 22.15. Dan bispun sudah pergi. Ya, inilah Jepang, telat 1 menit aja ditinggal, apalagi 10 menit. Padahal saya sudah memohon untuk ditunggu dengan meng-email ke Willer Express. Tapi apa daya.. Perasaan kesal sekesal-kesalnya ini pun muncul kembali, udah capek-capek naik kereta Express, naik taksi 500ribu, tapi tetep aja telat! Akhirnya, tiket bispun Cuma di-refund 50%.

Saat itu saya hanya memiliki 2 pilihan, naik bis ke Osaka lalu melanjutkan perjalanan ke Kyoto via kereta (Osaka ke Kyoto cuma 30 menit). Atau naik bis ke Kyoto keesokan harinya dengan harga tiket 2x lebih mahal. Akhirnya kami memutuskan naik bis ke Osaka (3900 Yen). Bisnya tidak sebagus kemarin dan harganya lebih murah sedikit, tapi tidak apa, yang penting kami bisa ke Osaka. Kami pun menunggu jam keberangkatan bis, pukul 00.30.

Karena bisnya tidak sebagus kemarin, bis ini tidak ada selonjoran kaki, tutup kepala dan juga chargeran. Di bis itu saya cuma bisa tidur-tidur ayam, tidak sepulas waktu naik bis dari Osaka ke Tokyo.

*1 Yen = 113.5 Rupiah